Article

Latest Posts

PENGAMPUNAN SANG PEMIMPIN

Kita tentu mengenal Abraham Lincoln (1809 – 1865) mantan presiden Amerika Serikat yang ke-16. Di jaman kepemimpinan beliaulah berhasil dihapuskan ras diskriminasi orang kulit putih dan hitam. Sejarah perjalanan Abraham Lincoln untuk menduduki posisi tertinggi di Amerika Serikat bukanlah perjalanan yang mulus, melainkan penuh dengan kegagalan dan pergumulan keluarga. Namun, ketika Sang Khalik sudah menetapkan jalan hidupnya untuk melakukan perubahan di Amerika Serikat, maka posisi dan kedudukan itupun berhasil diraihnya, dan berhasil pula dalam menjalankan roda pemerintahan dalam masa pemerintahannya. Keberhasilan sang presiden tidak terlepas dari dukungan keluarga, terutama sang Istri Marry Todd dan kehidupan spiritualnya yang sudah diyakininya selama bertahun tahun.

 

Sewaktu Lincoln menjadi pengacara muda, dia selalu berguru dan belajar kepada pengacara-pengacara dan ahli hukum senior. Baginya tidak menjadi masalah untuk sekedar membantu menyusun buku, atau mengangkat tas sang senior, asal ada kesempatan untuk berbincang-bincang dan menyerap ilmu dari mereka. Suatu kali, Lincoln sedang menunggu seorang pengacara senior untuk diskusi kasus yang akan disidangkan dengan yang bersangkutan dan sudah membuat janji sebelumnya. Ketika sang senior keluar menemui Lincoln, betapa kagetnya dia karena melihat Lincoln yang masih sangat junior dan tidak ada tampang pengacara, lalu dengan ketus mengatakan kepada sekretarisnya :”Apa yang dilakukan orang ini disini ? Singkirkan dia, jangan ada di depanku monyet kaku ini !”. Mendengar “usiran” kasar ini, dengan pamit sopan, Lincoln undur diri meninggalkan ruang kerja sang senior sambil menangis sedih diperlakukan demikian. Di persidanganpun, Lincoln muda duduk mendampingi sang senior hanya sebagai “kambing congek” saja, diabaikan dan dianggap tidak ada. Betapa sombongnya orang ini, pikir Lincoln. Namun, Lincoln melihat, persidangan perjalan lancar. Sang Senior dengan argumentasi yang logis, tutur kata yang tegas dan berbobot serta pengaruh wibawa yang sangat kuat – akhirnya sang Senior berhasil memenangkan perkara. Dibalik rasa tidak suka Lincoln terhadap seniornya ini, terbersit rasa kagum yang luar biasa. Ternyata sang senior sangat cerdas, dan mampu bekerja dengan maksimal serta “all out” untuk perkara yang dipegangnya. Rasa kagum ini, membuat Lincoln terus menerus mendampingi sang senior , sekalipun menerima perlakuan dan ucapan yang tidak baik terhadap dirinya.

 

Waktu berlalu dengan cepat, dan Lincoln berhasil menjalani karirnya menjadi pengacara dan naik menjadi senator, hingga akhirnya menjadi Presiden AS yang ke-16 di Bulan Maret 1861. Di antara kritikus utamanya, terdapat Edwin M. Stanton, pengacara seniornya yang pernah melecehkannya beberapa tahun yang lalu, menghinanya bahkan menjatuhkan karirnya. Namun, apa yang terjadi…? Lincoln lalu mengangkat Edwin L. Stanton menjadi Sekretaris Perang – sekaligus staf ahli yang mendampinginya dalam setiap pengambilan keputusan di masa masa sulit perang saudara ketika itu.

 

Stanton memang punya kelemahan dalam bersikap terhadap dirinya, namun  Lincoln tidak pernah lupa, bahwa dia memiliki kecerdasan yang luar biasa dan kemampuan dalam menganalisa dan negosiasi yang hebat ; dan ini sangat dibutuhkan negaranya saat itu. Inilah yang membuat Lincoln mengangkatnya menjadi Sekretaris Perang. Saat Abraham Lincoln meninggal dunia, dengan nada sedih dan kehilangan Stanton mengatakan tentang Lincoln : “Dia merupakan mutiara milik peradaban”.